Rabu, 19 April 2017

LAPORAN PEMERIKSAAN RHEUMATOID FACTOR



         ANALIS KESEHATAN  


NAMA  :  LEKSI HERIANI

NIM      :  15150020

DOSEN PEMBIMBING : J. SIGALINGGING AMAK.,SKM.,M.KES 





PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

  
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012). Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami 2 rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2017).

I. Tujuan

Untuk mengetahui adanya RF (Rheumatoid Factor) secara kualitatif

dan semi kuantitatif pada sampel serum.



BAB II

PEMBAHASAN



II. Dasar Teori

Rheumatoid Factor adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.

Pemeriksaan rheumatoid factor dipakai untuk mendiagnosa ataupun memantau

Rheumatoid Arthritis. Semua penderita Rheumatoid

Arthritis (RA) menunjukkan antibodi terhadap IgG yang disebut faktor

rheumatoid atau antiglobulin

. (Dyah Yuliana,2017).Pada umumnya penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan kaki disertai rasa nyeri.Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Kusharyad (2010) Rheumatoid Artritis merupakan

penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinankomplikasi sistemik.(, Dyah Yuliana, 2017).Menurut

Kriteria ACR & EULAR (American College of Rheumatology and European League

Against Rheumatism) 2010, diagnosis RA terdapat dua parameter laboratorium yaitu rheumatoid factor (RF) dan anti citruliinated protein antibodies (ACPA) diantaranya anti CCP (anti cyclic citrullinated protein antibody) atau anti MCV (antimutated citrullinated

Vimentin) serta laju endap darah (LED) & CRP (Aletaha D, dkk. 2017)

. Untuk uji skrining terhadap pemeriksaan rheumatoid factor dapat

dilakukan dengan metode aglutinasi

dimana darah dicampurkan dengan

partikel lateks yang dilapisi oleh antibody IgG

manusia. Jika darah tersebut

mengandung factor rheumatoid, larutan lateks tersebut akan membentuk

gumpalan atau aglutinasi sehingga sampel serum yang diperiksa

mengandung RF, maka akan terbentuk aglutinasi (Aletaha D, dkk. 2017)




III.Alat Dan Bahan



III.1.Alat

1.Black Slide Test

2.Mikropipet 100μl dan 50μl

3.Yellow tip

4.Pipet disposable

5.Rak tabung

6.Tabung serologi



III.2.Bahan

1.Sampel serum

2.Tissue

3.RA Lateks Test Kit Merk “Reiged Diagnostic”

4.Larutan Buffer/Saline



IV.Prosedur


IV.1Kualitatif

1.Masing-masing komponen/reagen dibiarkan mencapai suhu

   ruang.

2.Reagen dikocok perlahan untuk menghomogenkan partikel

   lateks.

3.Satu tetes sampel serum ditambahkan pada black slide test.

4.Satu tetes reagen latex ditambahkan disebelah sampel

   serum.

5.Sampel serum dan reagen diaduk memenuhi lingkaran

   slide.

6.Slide test digoyangkan selama 2 menit.

7.Hasil positif ditandai dengan adanya aglutinasi.



V. Interpretasi Hasil

V.1 Kualitatif


·  Adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum ≥

    8 IU/mL

·  Tidak adanya aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel

     serum < 8 IU/mL


VI. Hasil


·   Identitas Sampel (Responden)

Nama              : Nuraisyah MS.

Umur               : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jenis Sampel  : Serum

·   Gejala Klinis (Keluhan) yang pernah diderita Responden

1. Beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa nyeri, bengkak.

2. Responden mengalami gejala tersebut selama 3 minggu lebih

    (Dimulai dari pertengahan agustus).

3. Ada beberapa bagian sendi yang lainnya terdapat nyeri dan bengkak.

4. Pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat digerakkan.

5. Responden sudah 4 kali ke dokter dan didiagnosa rematik.

-   Hasil Pemeriksaan

Tgl Pemeriksaan      : 13- Maret- 2017

Jenis Pemeriksaan  : Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)

Hasil Pemeriksaan   : Negatif (Tidak terjadi aglutinasi



VII. Pembahasan


Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) yang digunakan dalam mendiagnosa ataupun memantau Rheumatoid Arthritis.

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit

autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh sistem

kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik kronik yang mengakibatkan

peradangan dalam waktu lama pada sendi sehingga akan merasakan rasa nyeri.

Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan RA menggunakan

metode tes aglutinasi. Prinsip dari pemeriksaan ini, yaitu mendeteksi adanya

rheumatoid factor menggunakan suspensi dari granula plastik halus

yang dilapisi dengan dengan gamma globulin manusia yang akan

menunjukkan aglutiasi. Reagen RA lateks termasuk dalam metode yang

sensitive dan telah terstandarisasi, dibuat dengan fraksi IgG manusia yang

telah dimurnikan dan lateks polystyrene yang telah diseleksi. Keberadaan

atau ketiadaan aglutinasi yang tampak mengindikasikan keberadaan atau

ketiadaan RF dalam sampel yang diuji.

Pemeriksaan dengan metode ini menggunakan agglutination slide test

menggunakan latar hitam. Sedangkan sampel yang digunakan berupa

sampel serum. Dalam pemeriksaan RF dengan menggunakan aglutinasi tes

dilakukan dengan dua tahap, yaitu uji kualitatif dan uji semi kuantitatif.

Uji kualitatif merupakan uji skrining atau tahap awal yang bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya RF (Rheumatoid Factor) yang merupakan

penanda dari RA (Rheumatoid Arthritis). Apabila didaptkan hasil yang

negatif maka pemeriksaan dihentikan. Namun apabila hasil menunjukkan

hasil positif maka pemeriksaan dilanjutkan ke uji semi kuantitatif. Uji semi

kuantitatif dilakukan untuk mengetahu titer atau kadar RF yang

terkandung dalam sampel serum dengan teknik pengenceran mulai dari

½ ,¼,1/8,1/16

. Pada uji kualitatif dilakukan dengan menggunakan RA Lateks yang

diteteskan pada slide card hitam. Serum yang sudah dikondisikan

sebelumnya diteteskan pada slide card hitam yang berisi RA lateks, namun

jangan sampai kedua cairan tersebut (RA lateks dan serum) tercampur

karena dapat bereaksi lebih dahulu dan dipastikan kedua cairan terpisah.

Kemudian RA lateks dan serum yang sudah diteteskan terpisah diaduk

secara perlahan. Slide card hitam lalu digoyangkan selama 2 menit secara

perlahan agar RA lateks dan serum bereaksi secacara sempurna dan merata

diseluruh sisi. Jika sudah perhatikan reaksi yang terjadi, hasil positif

ditandai dengan adanya aglutinasi, jika hasil negatif ditandai dengan tidak

adanya aglutinasi.

Berdasarkan pemeriksaan rheumatoid factor yang dilakukan pada

sampel serum atas nama Nuraisyah MS. (perempuan, 19 thn)

diperoleh hasil negatif (tidak terjadi aglutinasi), sehingga untuk proses uji

semi-kuantitatif tidak dilanjutkan.

Dari hasil wawancara dengan responden terhadap

saudari Nuraisyah MS., beliau menyatakan bahwa mengalami keluhan dibeberapa

bagian tubuhnya meliputi beberapa bagian sendi pada tangan kiri terasa

nyeri, bengkak, pada saat tertentu tangan kiri responden tidak dapat

digerakkan. Selain itu beliau sudah 4 kali ke dokter dan sudah didiagnosa

rematik. Hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan rheumatoid factor ini

tidak spesifik terhadap penyakit rematik. Menurut J Indon Med Assoc (2017)

Pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas

yang lebih tinggi dibanding anti-CCP2 maupun RF untuk

diagnosis dini Rheumatoid Arthritis.

Akan tetapi bisa saja responden mengalami rematik bukan akibat IgG

yang meningkat sehingga muncul gejala-gejala tertentu yang

mengakibatkan rheumatoid arthritis. Melainkan adanya antibody terhadap

IgM sehingga hal tersebut mungkin saja menyebabkan penyakit rematik

yang bersifat akut mengingat responden mengalami gejala klinis yang tiba-

tiba muncul dalam masa waktu yang cukup singkat dibandingkan dengan

rheumatoid arthritis kronis. Sehingga ada baiknya untuk responden

memperiksakan diri segera mungkin sesuai dengan saran dokter dan

sebaiknya dilakukan dengan pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi seperti

pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada

pemeriksaan rheumatoid factor

ini adalah:

·  Menggunakan peralatan dan bahan yang bersih dan steril

·  Reagen yang digunakan dipastikan tidak melewati tanggal kadaluwarsa
   Teknik pemipetan yang tepat

·  Waktu inkubasi yang sesuai, tidak kurang maupun lebih.

·  Serum yang diperiksa tidak mengalami lisis, lipemik, ikterik


BAB III
PENUTUP


A.Kesimpulan


Hasil pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) pada responden (pasien)

atas nama Nuraisyah MS. (19 tahun , perempuan) diperoleh hasil

negatif (tidak terjadi aglutinasi).

Jadi kadar RF pada responden

< 8 IU/mL

B. Saran
ü Diharapkan agar mahasiswa lebih bisa mengamati dan melakukan pemeriksaan secara teliti.
ü Dosen dan mahasiswa lebih bisa berkolaborasi dalam melakukan penelitian

2 komentar: