ANALIS KESEHATAN
NAMA : LEKSI HERIANI
NIM : 15150020
DOSEN PEMBIMBING : J. SIGALINGGING AMAK.,SKM.,M.KES
PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012). Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami 2 rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2017).
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012). Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami 2 rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2017).
I. Tujuan
Untuk mengetahui adanya RF
(Rheumatoid Factor) secara kualitatif
dan semi kuantitatif pada sampel
serum.
BAB
II
PEMBAHASAN
II. Dasar Teori
Rheumatoid Factor adalah
imunoglobulin yang bereaksi dengan molekul IgG.
Pemeriksaan rheumatoid factor
dipakai untuk mendiagnosa ataupun memantau
Rheumatoid Arthritis. Semua
penderita Rheumatoid
Arthritis (RA) menunjukkan antibodi
terhadap IgG yang disebut faktor
rheumatoid atau antiglobulin
. (Dyah Yuliana,2017).Pada umumnya
penyakit RA awalnya yang terserang adalah sendi tangan dan kaki disertai rasa
nyeri.Menurut buku Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia, Kusharyad (2010)
Rheumatoid Artritis merupakan
penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya. Kadar RF yang sangat tinggi menandakan
prognosis buruk dengan kelainan sendi yang berat dan kemungkinankomplikasi
sistemik.(, Dyah Yuliana, 2017).Menurut
Kriteria ACR & EULAR (American
College of Rheumatology and European League
Against Rheumatism) 2010, diagnosis
RA terdapat dua parameter laboratorium yaitu rheumatoid factor (RF) dan anti
citruliinated protein antibodies (ACPA) diantaranya anti CCP (anti cyclic
citrullinated protein antibody) atau anti MCV (antimutated citrullinated
Vimentin) serta laju endap darah (LED)
& CRP (Aletaha D, dkk. 2017)
. Untuk uji skrining terhadap
pemeriksaan rheumatoid factor dapat
dilakukan dengan metode aglutinasi
dimana darah dicampurkan dengan
partikel lateks yang dilapisi oleh
antibody IgG
manusia. Jika darah tersebut
mengandung factor rheumatoid,
larutan lateks tersebut akan membentuk
gumpalan atau aglutinasi sehingga
sampel serum yang diperiksa
mengandung RF, maka akan terbentuk aglutinasi
(Aletaha D, dkk. 2017)
III.Alat Dan Bahan
III.1.Alat
1.Black Slide Test
2.Mikropipet 100μl dan 50μl
3.Yellow tip
4.Pipet disposable
5.Rak tabung
6.Tabung serologi
III.2.Bahan
1.Sampel serum
2.Tissue
3.RA Lateks Test Kit Merk “Reiged
Diagnostic”
4.Larutan Buffer/Saline
IV.Prosedur
IV.1Kualitatif
1.Masing-masing komponen/reagen
dibiarkan mencapai suhu
ruang.
2.Reagen dikocok perlahan untuk
menghomogenkan partikel
lateks.
3.Satu tetes sampel serum
ditambahkan pada black slide test.
4.Satu tetes reagen latex
ditambahkan disebelah sampel
serum.
5.Sampel serum dan reagen diaduk
memenuhi lingkaran
slide.
6.Slide test digoyangkan selama 2
menit.
7.Hasil positif ditandai dengan
adanya aglutinasi.
V. Interpretasi Hasil
V.1 Kualitatif
· Adanya aglutinasi
menunjukkan tingkat RF dalam sampel serum ≥
8 IU/mL
· Tidak adanya
aglutinasi menunjukkan tingkat RF dalam sampel
serum < 8 IU/mL
VI. Hasil
· Identitas Sampel
(Responden)
Nama : Nuraisyah MS.
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Sampel : Serum
· Gejala Klinis
(Keluhan) yang pernah diderita Responden
1. Beberapa bagian sendi pada tangan
kiri terasa nyeri, bengkak.
2. Responden mengalami gejala
tersebut selama 3 minggu lebih
(Dimulai dari pertengahan agustus).
3. Ada beberapa bagian sendi yang
lainnya terdapat nyeri dan bengkak.
4. Pada saat tertentu tangan kiri
responden tidak dapat digerakkan.
5. Responden sudah 4 kali ke dokter
dan didiagnosa rematik.
- Hasil Pemeriksaan
Tgl Pemeriksaan : 13- Maret- 2017
Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor)
Hasil Pemeriksaan : Negatif (Tidak terjadi aglutinasi
VII. Pembahasan
Pada pratikum kali ini dilakukan
pemeriksaan RF (Rheumatoid Factor) yang digunakan dalam mendiagnosa ataupun
memantau Rheumatoid Arthritis.
Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan
penyakit
autoimun (penyakit yang terjadi pada
saat tubuh diserang oleh sistem
kekebalan tubuhnya sendiri) sistemik
kronik yang mengakibatkan
peradangan dalam waktu lama pada
sendi sehingga akan merasakan rasa nyeri.
Pada pratikum kali ini dilakukan pemeriksaan
RA menggunakan
metode tes aglutinasi. Prinsip dari
pemeriksaan ini, yaitu mendeteksi adanya
rheumatoid factor menggunakan
suspensi dari granula plastik halus
yang dilapisi dengan dengan gamma
globulin manusia yang akan
menunjukkan aglutiasi. Reagen RA
lateks termasuk dalam metode yang
sensitive dan telah terstandarisasi,
dibuat dengan fraksi IgG manusia yang
telah dimurnikan dan lateks
polystyrene yang telah diseleksi. Keberadaan
atau ketiadaan aglutinasi yang
tampak mengindikasikan keberadaan atau
ketiadaan RF dalam sampel yang
diuji.
Pemeriksaan dengan metode ini
menggunakan agglutination slide test
menggunakan latar hitam. Sedangkan
sampel yang digunakan berupa
sampel serum. Dalam pemeriksaan RF
dengan menggunakan aglutinasi tes
dilakukan dengan dua tahap, yaitu
uji kualitatif dan uji semi kuantitatif.
Uji kualitatif merupakan uji
skrining atau tahap awal yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya RF
(Rheumatoid Factor) yang merupakan
penanda dari RA (Rheumatoid
Arthritis). Apabila didaptkan hasil yang
negatif maka pemeriksaan dihentikan.
Namun apabila hasil menunjukkan
hasil positif maka pemeriksaan
dilanjutkan ke uji semi kuantitatif. Uji semi
kuantitatif dilakukan untuk
mengetahu titer atau kadar RF yang
terkandung dalam sampel serum dengan
teknik pengenceran mulai dari
½ ,¼,1/8,1/16
. Pada uji kualitatif dilakukan
dengan menggunakan RA Lateks yang
diteteskan pada slide card hitam.
Serum yang sudah dikondisikan
sebelumnya diteteskan pada slide
card hitam yang berisi RA lateks, namun
jangan sampai kedua cairan tersebut
(RA lateks dan serum) tercampur
karena dapat bereaksi lebih dahulu
dan dipastikan kedua cairan terpisah.
Kemudian RA lateks dan serum yang
sudah diteteskan terpisah diaduk
secara perlahan. Slide card hitam
lalu digoyangkan selama 2 menit secara
perlahan agar RA lateks dan serum
bereaksi secacara sempurna dan merata
diseluruh sisi. Jika sudah
perhatikan reaksi yang terjadi, hasil positif
ditandai dengan adanya aglutinasi,
jika hasil negatif ditandai dengan tidak
adanya aglutinasi.
Berdasarkan pemeriksaan rheumatoid
factor yang dilakukan pada
sampel serum atas nama Nuraisyah MS. (perempuan, 19 thn)
diperoleh hasil negatif (tidak
terjadi aglutinasi), sehingga untuk proses uji
semi-kuantitatif tidak dilanjutkan.
Dari hasil wawancara dengan
responden terhadap
saudari Nuraisyah MS., beliau menyatakan
bahwa mengalami keluhan dibeberapa
bagian tubuhnya meliputi beberapa
bagian sendi pada tangan kiri terasa
nyeri, bengkak, pada saat tertentu
tangan kiri responden tidak dapat
digerakkan. Selain itu beliau sudah
4 kali ke dokter dan sudah didiagnosa
rematik. Hal ini membuktikan bahwa
pemeriksaan rheumatoid factor ini
tidak spesifik terhadap penyakit
rematik. Menurut J Indon Med Assoc (2017)
Pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV
menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi dibanding
anti-CCP2 maupun RF untuk
diagnosis dini Rheumatoid Arthritis.
Akan tetapi bisa saja responden
mengalami rematik bukan akibat IgG
yang meningkat sehingga muncul
gejala-gejala tertentu yang
mengakibatkan rheumatoid arthritis.
Melainkan adanya antibody terhadap
IgM sehingga hal tersebut mungkin
saja menyebabkan penyakit rematik
yang bersifat akut mengingat
responden mengalami gejala klinis yang tiba-
tiba muncul dalam masa waktu yang cukup
singkat dibandingkan dengan
rheumatoid arthritis kronis.
Sehingga ada baiknya untuk responden
memperiksakan diri segera mungkin
sesuai dengan saran dokter dan
sebaiknya dilakukan dengan
pemeriksaan yang memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi seperti
pemeriksaan anti-CCP dan anti-MCV.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada
pemeriksaan rheumatoid factor
ini adalah:
· Menggunakan
peralatan dan bahan yang bersih dan steril
· Reagen yang
digunakan dipastikan tidak melewati tanggal kadaluwarsa
Teknik pemipetan yang tepat
· Waktu inkubasi yang
sesuai, tidak kurang maupun lebih.
· Serum yang diperiksa
tidak mengalami lisis, lipemik, ikterik
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hasil pemeriksaan RF (Rheumatoid
Factor) pada responden (pasien)
atas nama Nuraisyah MS. (19 tahun ,
perempuan) diperoleh hasil
negatif (tidak terjadi aglutinasi).
Jadi kadar RF pada responden
< 8 IU/mL
B. Saran
ü Diharapkan agar mahasiswa lebih bisa mengamati dan melakukan pemeriksaan secara teliti.
ü Dosen dan mahasiswa lebih bisa berkolaborasi dalam melakukan penelitian
ü Diharapkan agar mahasiswa lebih bisa mengamati dan melakukan pemeriksaan secara teliti.
ü Dosen dan mahasiswa lebih bisa berkolaborasi dalam melakukan penelitian
q437o3brdag249 couples sexy toys,male masturbator,horse dildo,vibrators,real dolls,wholesale sex toys,male sex dolls,dildos,black dildos s794v0zaptt041
BalasHapusp964a0wjsoe239 horse dildo,sex toys,strap on vibrator,dildo,Rabbit Vibrators,Bullets And Eggs,sex chair,dog dildo,wholesale sex toys z982u1fuack372
BalasHapus